MENGAPA SAYA HARUS MENULIS?
Saya tidak tahu awalnya, atau tepatnya lupa sejak kapan dan bagaimana dunia literasi begitu terasa menggoda. Seingat saya sejak saya bisa membaca, meski dengan mengeja, saya suka sekali membaca. Semua tak luput jadi bahan bacaan, mulai dari koran pembungkus jajanan sampai buku-buku koleksi ayah saya.
Terbiasa bersentuhan dengan literasi, fiksi dan non fiksi, secara perlahan membuat saya tergelitik untuk menulis. Entahlah..membaca dan menulis itu seperti layang-layang dan pemainnya, selalu terhubung meski kadang tak cukup keberanian merealisasikannya dalam sebuah action. Lalu saya pun menulis, beberapa cerpen yang tak pernah selesai, diiringi bejibun alasan sebagai pembenaran.
Beberapa kali juga pernah mencoba mengirimkan potongan-potongan puisi ke media massa, tapi tampaknya belum cukup menarik perhatian redaksi untuk diterbitkan. Praktis…. Ini menambah koleksi alasan saya untuk malas menulis.
Inkonsistensi dalam menulis berlanjut bahkan saat saya sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sebenarnya ayah saya seringkali menasehati saya untuk menulis, apapun itu. Mungkin karena menyadari hobby membaca beliau saya warisi, tapi saya masih betah sekedar mengonsumsi karya orang tanpa mencoba jadi produktif. Agaknya beliau pun sepakatbahwapembacaituidealnyaseorang penulis pula. Raditya Dika pernah juga berkata kalau kamu suka menonton, buatlah video, kalau kamu suka membaca, menulislah.
Beruntung sekali saya bisa mengenal sir Tendi Mukti lalu bergabung dengan KMO yang dimentori beliau. dan tulisan ini merupakan tugas kedua. Tugas ini semoga bisa memaksa saya untuk konsisten menulis.
*****
Huruf adalah sebuah grafem dari suatu sistem tulisan, misalnya alfabet Yunani dan aksara yang diturunkannya. Dalam suatu huruf terkandung suatu fonem, dan fonem tersebut membentuk suatu bunyi dari bahasa yang dituturkannya (wikipedia)
Ya. Huruf adalah bagian terkecil dari system tulisan, yang kemudian dirangkai membentuk sebuah kata yang mempunyai makna lalu disatukan lagi hingga menjadi kalimat. Kalimat-kalimat itu lalu dirangkai hingga menjadi sebuah tulisan.
Benar. Menjadi tulisan, lalu pertanyaannya adalah……..
Mengapa saya harus menulis?
Sebuah pertanyaan sederhana, namun menimbulkan jawaban yang relative tidak sederhana. Sayaakanmencobamenjawab. Satuhal, jawabaninibukanlahuntukmendapatpujiandari orang lain atau pun untuk menggurui. Ini adalah nasehat. Ini adalah upaya mengajak diri saya sendiri untuk focus. Focus terhadap mimpi saya. Sekali saja, saya ingin menyelesaikan apa yang telah saya mulai.
- Menulis itu menyenangkan Menulis itu menyenangkan guys. Kok bisa?Iyalah. Pernah merasa sumpek tapi ga punya tempat berbagi? Menulislah. Tak perlu buku diary khusus, buku tulis sisa pelajaran di sekolah pun boleh. Bahasanya juga suka-suka kamu. Bisa nyastra abis bak Kahlil Gibran atau sekedar cuap-cuap macam penyiar radio.Ini adalah alasan paling sederhana. Kita dapat dua keuntungan sekaligus, curhat sekalian merekam perasaan kita dalam bentuk tulisan yang bisa kita baca-baca lagi!
- Menulislah untuk mengikat mimpi
Mengikat mimpi? Wow. Ya mengikat mimpi. Pernah dengar tentang life mapping? Merencanakan hidup dan memetakannya. Dengan memetakan mimpi kita lalu menuliskannya memiliki pengaruh yang luar biasa! Kita menjadi lebih termotivasi. Percaya atau tidak impian yang ditulis dan tidak ditulis mempunyai perbedaan signifikan dalam usaha kita merealisasikannya. Maka cobalah tulis mimpimu secara detail lalu tempelkan di tempat yang biasa kamu lihat, misalnya di dinding kamarmu. Mengapa ditulis secara detail?Jika jelas apa mimpimu, langkah-langkahmu untuk mewujudkannya juga lebih sistematis bukan?
- Menulis sebagai terapi
Jika musisi mengekspresikan perasaannya melalui nada-nada, penulis pun (meski bukan professional) meluapkan emosinya lewat aksara. Masih ingat puisi Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta? Pecahkan saja gelasnya biar ramai…..Menurutmu kerasa banget ga getar emosinya? Nah, dari pada melampiaskan stress dan kesedihan lewat curcol gaje di medsos, nulis aja. Ini obat stress yang murah meriah dan aman. Dijamin, ga ada efek samping.Paska meninggalnya Ibu Ainun, Pak Habibie disarankan menulis untuk mengobati patah hatinya, hingga lahirlah kisah cinta Ainun Habibie yang begitu mengispirasi.
- Menulis itu Media Komunikasi dan Ekspresi
Secara garis besar ada dua macam kepribadian ekstrovert dan introvert. Bagi si ekstrovert relative mudah bagi mereka untuk mengomunikasikan apa yang mereka rasa secara spontan. Bahkan mereka cenderung banyak bicara sehingga pesan dan isi hati mereka begitu mudah tersampaikan. Sang introvert beda lagi, bicara terbuka kadang terasa begitu sulit. Untuk sebagian orang, tipe introvert ini sedikit membosankan karena dianggap terlalu pendiam. Padahal mereka-mereka si introvert ini hanya merasa tidak nyaman untuk banyak bicara. So how? Menulislah. Dengan menulis, kita bisa menyampaikan uneg-uneg kita. Dengan menulis bisa menjembatani kesulitan kita berkomunikasi langsung secara lisan.
- Menulis sebagai dakwah
Nun. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan (Q.S Al-Qalam, 1). Bahkan Al-Quran yang agung pun menyeru kita untuk menulis. Ayat yang pertama turun (Al-Alaq1-5) menyuruh kita untuk membaca lalu Al-Qalam berbicara tentang pena. Luar biasa bukan? Seolah Tuhan berkata bahwa membaca dan menulis merupakan sebuah kesatuan. Pena adalah amunisi seorang penulis. Melalui pena seorang penulis menuangkan ide-idenya, menyuarakan kritiknya atas ketidakadilan bahkan pena adalah bagian dari dakwah, amar makruf nahi munkar.Sebagai seorang muslim tulisan kita bukanlah sekedar tong sampah perasaan dan pikiran, lebih dari itu tulisan kita adalah suara kebenaran. “Sampaikanlah kebenaran dariku walau hanya satu ayat” (H.R Bukhari). Misi dakwah yang kita emban dalam menulis menjadikan tulisan kita juga sebagai sarana beribadah kepada Allah. Amazing kan? Menyalurkan hobby, bekerja sekaligus beribadah?
- Menulis sebagai profesi
Sekarang ini profesi sebagai penulis adalah profesi yang prestisius dan menjanjikan secara finansial. Banyak penulis-penulis bernafaskan Islami yang sukses membawa mereka kepada ketenaran yang secara otomatis berdampak signifikan terhadap finansial mereka. Sebut saja Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Habiburrahman El-Shirazy. Dua nama terakhir bahkan karyanya telah diangkat ke layar lebar dengan antusiasme public yang luar biasa. Bisa dibayangkan bukan berapa rupiah yang masuk kantong si penulis?
Dari luar negeri ada J.K Rowling yang mengguncang dunia lewat karyanya Harry Potter dan mendudukkannya pada jajaran wanita terkaya dunia.Terlepas dari kontroversi terkait novel Harry Potter, kita tidak bisa menafikan bahwa Harry Potter adalah sebuah karya fenomenal.
Di era teknologi sepertiini, kemampuan menulis bisa diintegrasikan dengan keahlian ngeblog. Keberadaan blog benar-benar merubah wajah dunia kepenulisan Indonesia. Melalui dunia maya,blog, telah lahir penulis-penulis muda yang karyanya best seller. Raditya Dika, Trinity dan Agnes Davonar adalah beberapa penulis yang awalnya seorang blogger. Belum lagi jika blog yang kita kelola masuk kriteria untuk ditempati iklan, makin bertambahlah pundi-pundi uang yang diterima.
- Menulis adalah Suara Jiwa dan Pemberontakan
Melalui tulisan secara lantang penulis menyuarakan kegelisahannya, kekecewaan atas kezaliman, penindasandanketidakadilan yang meraja lela. Ketika penguasa tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik penulis tampil sebagai pengawal demokrasi melalui tulisan-tulisannya. Meski tak jarang kelantangannya membuat gerah penguasa dan menyeret mereka ke penjara. Ya, menulis bisa jadi media kritik sekaligus pemberontakan. Beberapa penulis bahkan mengasilkan karya yang luar biasa dari balik jeruji karena berkonfrontasi dengan penguasa. Buya hamka misalnya, melahirkan karyanya tafsir Al Azhar saat beliau dibui.
Inilah beberapa alasan menulis, untuk diri saya sendiri tentunya, kamu boleh juga merasa terinspirasi menulis karena tulisan ini, asal jangan terpaksa saja. Dalam beragama saja tidak ada paksaan apalagi menulis? Yaaaahhh…meski saya belum konsisten action nulisnya tapi menjadi penulis professional masih jadi impian saya sampai hari ini.
Banyak ya ternyata manfaat menulis. Yang gak nulis, nyesel hehe.. :)
BalasHapusSemoga jadi penulis, dan jagan lupa buat bukunya Sob.
BalasHapus